Jumat, 18 September 2009

asuhan keperawatan Tuberculosis Paru

A.DEFINISI
Tuberculosis Paru adalah:Infeksi saluran pernafasan bawah yang disebabkan oleh Maycobakterium tuberkulosis yang biasanya ditularkan melalui percikan (droplet) dari orang ke orang, dan mengkolonisasi bronkhiolus dan Alveolus.(Corwin,2000:412)
Tuberculosis Paru adalah:Penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri aerob gram positif,bakteri asam lemak, Maycobakterium tuberkulosis dan menyerang paru-paru,dan dapat juga menjangkit kebeberapa orang lain.(Yasmin,1999:412)
Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa Tuberkulosis paru adalah: penyakit infeksi saluran pernafasan bawah yang disebabkan oleh mycobacterium Tuberculosis yakni kuman aerob yang dapat hidup terutama diparu atau organ laen yang mempunyai tekanan partial oksigen tinggi dan dapat ditularkan melalui dorplet dari orang ke orang dan mengkolonisasi bronkhiolus dan Alveolus.






B.ETIOLOGI
Penyebab penyakit TB paru adalah: mycobacterium Tuberculosis yaitu sejenis kuman yang berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4 V um.(Soeparman 1998:718)
Tuberculosis disebabkan oleh mycobacterium Tuberculosis yakni kuman aerob yang dapat hidup terutama diparu atau di beberapa organ tubuh laen yang mempunyai tekanan partikel oksigen yang tinggi pada membran selnya sehingga menyebabkan bakteri ini tahan terhadap asam dan pertumbuhannya berlangsung lambat. Bakteri ini tidak tahan terhadap ultraviolet sehingga penyebaranya terjadi pada malam hari.(Tabrani,1996:236)

C.ANATOMI FISIOLOGI
Bila seorang yang belum pernah terpapar droplet tuberculosis,menghirup cukup banyak hasil tuberkel kedalam alveoli maka terjadilah infeksi tuberculosis. Reaksi tubuh terhadap hasil tuberkel tergantung pada kerentanan orang tersebut besarnya dosis yang masuk kedlam virulensi.peradangan terjadi pada alveoli (parenkim paru).dan pertahanan tubuh alami berusaha melawan infeksi tersebut.makrofag menangkap organisme itu,lalu dibawa kesel T, proses radang dan reaksi sel menghasilkan sebuah nodul pucat kecil yang disebut tuberkel primer.dibagian tengah nodul terdapat hasil tuberkel bagian luarnya mengalami fibriasi,dibagian tengahnya mengalami kekurangan makanan sehingga mengalami nekrosis.proses ini dikenal sebagai perkijuan.bagian nekrotik ditengah ini dapat mengkapur(klasivikasi)/mencair.materi cair ini dapat dibatukan keluar,meninggalkan rongga(caverne) dalam parenkim paru(tampak pada poto thorak).bila pada foto torak hanya terdapat nodul yang telah mengalami pengkapuran,maka modul ini dikenal sebagai tuberkel Ghon.adanya tuberkel ghon disertai pembesaran kelenjar linfe dihilus paru bersama-sama disebut komplek primer.(Tabrani,1996:237).

D.PATOFISIOLOGI
Penyakit ini disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis yang biasa ditularkan melalui percikan ludah (droplet) dari orang keorang dan mengkolisasikan bronkheolus dan alveolus.kuman juga dapat masuk melalui saluran cerna,melalui ingesti susu yang tercemar atau kadang melalui lesi kulit.
Apabila bakteri tuberkolusa dalam jumlah yang lebih banyak berhasil menembus pernafasan bawah,maka penjamu akan melakukan respon imun dan peradangan yang kuat dan bukan mematikanya.respon seluler melibatkan sel T dan jaringan fibrosa membungkus komplek makrofag basil tersebut komplek basil,makrofag,sel T dan jaringan parut disebut sebagai tuberkel mengalami klasifikasi dan disebut komplek ghon yang dapat dilihat pada pemeriksaan sinar X thorak. Sebelum ingesti bakteri selesai,bahan mengalami perlunakan (perkijauan). Pada saat ini mikroorganisme hidup dapatmemperoleh akses ke sistem trakheabronkus dan menyebar melalui udara keorang lain.
Kerusakan pada paru akibat infeksi disebabkan oleh basil serta reaksi imun dan peradangan yang kuat. Edema interstisium dan pembentukan jaringan parut permanent di alveolus meningkatkan jarak untuk difusi oksigen dan karbondioksida sehingga pertukaran gas menurun. Pembentukan jaringan parut dan tuberkel juga mengurangi luas permukaan yang tersedia untuk difusi gas
sehingga kapasitas difusi paru menurun. Apabila penyakit cukup luas dapat menimbulkan vasokontriksi hipoksik anteriol paru dan hipertensi paru dan juga jaringan parut dapat menyebabkan penurunan compliance paru (Corwin,2000:414-416).

E. PHATWAY
Micobakterium tuberculosis
Saluran pernafasan
Menginfekfsi sal pernafasan
Pe produksi spuntum
Mekanisme silia mengeluarka pe reflek batuk
Menembus sistim pernafasan distensi abdomen
Menginfeksi saluran nafas bawah (alveoli) distensi abdomen
Merangsang sel T dan makrofag kontraksi otot abdomen
Membentuk tuberkel menekan ujung syaraf nyeri
Kompleks ghon nyeri
penyenbuhan lama Perkijuan batuk produktuf dan darah
kurang informasi Alveolus rusak fungsi silis menurun
kurang pengatahuan Kerusakan pertukaran gas
Gangguan difusi antara O2 dan CO2 bersihan jalan nafas tidak efektif
Suplai O2 kejaringan menurun
Daya tahan tubuh Energi menurun
tubuh Penumpukan secret di sal nafas
resiko infeksi Intoleransi aktifitas

F. MANIFESTASI KLINIS
Keluhan yang di rasakan oleh penderita TB Paru bermacam – macam keluhan terbanyak adalah:
1. Demam
Dapat menyerupai demam influensa, dapat hilang timbul, dapat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh penderita dan pendarita berat ringannya infeksi kuman tuberkulosis yang masuk.
2. Batuk
Batuk terjadi karena infeksi pada bronkus dan sifat batuk dapat dimulai batuk kering. Setelah timbul peradangan timbul menjadi produktif. Dan menghasilkan spuntum. Keadaan lanjut dapat berupa batuk darah (hemaptoe). Karena terdapat pembuluh darah yang pecah.
3. Sesak nafas
Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang telah lanjut. Dimana sudah setengah paru.
4. Nyeri dada
Nyeri dada dapat timbul pada infiltrasi radang sudah sampai ke pleura yang menimbulkan pleuritis
5. Malaise
Penyakit TB bersifat radang menahun, gejalanya sering ditemukan berupa anoreksia, kurus (BB menurun) sakit kepala, pusing, nyeri otot, Dn keringat malam. Gejala ini makin berat dan sering timbul.(Soeparman, 1998: 718)
Pasien tuberkulosis dapat dilakukan pemeriksaan malalui foto thorak, tes kulit dan pemeriksaan hasil Asam (BTA) yang terdapat pada sputum atau bilasan lambung pada anak :
1. Radiologi
Knfiltrat
Kavitas
Kalsifikasi
Efekghon
Miliar
Tuberculoma
Atelektasis
Pada tuberkulosis primer tampak gambaran radiaalak berupa infiltrat pada paru unilateral yang disertai dengan pembesaran kelenjar limfe dibagian infiltrat berada.
2. Mikrobiologi
Bahan untuk memeriksaan bakteriologi adalah sputum pada pagi hari. Bilasan lambung dan cairan pleura beserta biakan dari cairan bronkoskopi. Kultur digunakan untuk diagnosis dan tes resistensi.
3. Tes Tuberculosis
Tes mauntox adalah: penyuntukan 0,1 ccPPD intradermal kemudian indurasi yang timbul dibaca 42-72 jam setelah tes. Dikatakan positif bila diameter indurasi lebih besar dari 10 mm.
Tes healf dipakai secara luas untuk survei dilakukan satu tes dari 100.000 UI Tuberculin/cc melalui 6 jarum difungsikan kekulit hasilnya dibaca setelah 3-7 hari maka didapatkan gradisi.
Tes sebagai berikut:
1. Gradisi I : 1-6 indurasi papula halus
2. Gradisi II :Adanya cincin indurasi yang dibentuk oleh sekelompok papula
3. Gradisi III : Indurasi yang berdiameter 5- 10 mm
4. Gradisi IV : Indurasi yang berdiameter > 10 mm.
4. Biopsi jaringan
Dapat dilakukan terutama pada tuberkulosis kelenjar leher tapi dapat pula pada bioppsi paru
5. Bronkoskopi
Bilasan tranbolkial digungkan unyuk membantu menegakan diagnosis tuberkulosis baik langsung atau biakan, hasil byopi pleura dapat digunakan untuk bahan pemeriksaan BTA (Tabrani, 1999: 238- 241)
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan alveolus akibat perkijuan/perlunakan
2) Nyeri akut berhubungan dengan penekanan ujung syaraf nyeri akibat kram abdomen
3) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan secret disaluran nafas
4) Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahn tubuh
5) Penurunan nutrisi kurang dari kebutuhn tubuh berhubungan dengan penurunan energi/ anoreksia, mual muntah
6) Kurang pengeyahuan berhubungan dengan kurang informasi sekunder terhadap penyembuhan yang lama
H. FOKUS INTERVENSI
1. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan alveolus akibat perkijuan/perlunakan
Kriteria hasil:
a) Pasien melaporkan tidak adanya /penurunan dipsneu, menunjukan perbaikan upaya pernafasaan, terbatasnya ekspansi dinding dada dan kelemahan
b) Bebas dari gejala distres
Intervensi:
a) Kaji dispnea, takipnea, menurunya bunyi2 nafas yang tidak normal, terbatasnya ekspansi dinding dada dan kelemahan
b) Evaluasi peruahan pada tingkat kesadaran
c) Dorong pasien untuk bernafas selama ekshalasi
d) Tingkatkan tirah aring
2. Nyeri akut berhubungan dengan penekanan ujung syaraf nyeri akibat kram abdomen
Kriteria hasil:
a) Melakukan tindakan menurunkan nyeri non invasif
Intervensi :
a) Kaji efek nyeri terhadap kehidupan individu
b) Kaji faktor2 yang menurunkan nyeri
c) Kaji adanya keluhan nyeri
d) Pertahankan tirah baring selama fase akut
e) Lakukan pembatasan aktifitas selama akut
3. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan secret disaluran nafas
Kriteria hasil:
a) Mempertahankan jalan nafas
b) Mengeluarkan sekret tanpa bantuan
Intervensi :
a) Kaji bunyi pernafasan
b) Catat kemampuan untuk batuk efektif
c) Berikan posisi semifowler
d) Pertahankan masukan cairan sedikitnya 2000 ml/hari kecuali ada kontra indikasi
4. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahn tubuh
Kriteria hasil:
a) Identifikasi intervensi untuk mencegah penyebaran penyakit
b) Tunjukan teknik melakukan perubahan pola hidup yang sehat
Intervensi:
a) Identifikasi orang yang beresiko
b) Anjurkan pasien menghindari meludaah sembarangan
c) Awasi suhu indikasi
d) Tekankan pentingnya untuk tidak menghindari menghentikan obat
e) Kolaborasi pemberian agen infeksi sesuai indikasi
5. Penurunan nutrisi kurang dari kebutuhn tubuh berhubungan dengan penurunan energi/ anoreksia, mual muntah
Kriteria hasil:
a) Pasien akan mempertahankan nutrisi yang adekuat
b) Berat badan stabil dalam batas normal
Intervensi:
a) Timbang berat badan dan pantau setiap hari
b) Kaji status nutrisi pada dasar reguler
c) Pertahankan diit tinggi protein dan tinggi karbohidrat
d) Berikan makanan kasukaan pasien
e) Berikan posisi semifowier bila kelelahan
6. Kurang pengeyahuan berhubungan dengan kurang informasi sekunder terhadap penyembuhan yang lama
Kriteria hasil:
a) Menyatakan / memperlihatkan peningkatan pengetahuan mengenai diri dan penyakitnya.
Intervensi:
a) Identifikasi gejala yang harus dilaporkan kepada perawat
b) Berikan intruksi dan informasi tertulis
c) Tekankan pentingnya mempertahankan diit tinggi dan tinggi karbohidrat
d) Jelaskan dosis obat, frekfensi pemberian, kerja yang diharapkan dan alasan pengobatan yang lama

Tidak ada komentar:

Posting Komentar